Bulan Dzulhijjah adalah bulan istimewa dalam Islam, yang dianjurkan untuk banyak beramal, terutama di 10 hari awal bulan ini.
“Tidak ada hari di mana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari yang sepuluh ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” [1]
“Amalan di sepuluh hari pada awal Bulan Dzulhijjah akan dilipatgandakan.” [2]
Di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan di awal bulan Dzulhijjah :
1. Memperbanyak puasa, terkhusus puasa ‘Arafah pada 9 Dzulhijjah bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji.
2. Memperbanyak doa, terutama saat berada di padang Arafah bagi jama’ah haji.
3. Memperbanyak tahmid, tahlil dan takbir.
4. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
5. Berkurban, serta sunnahnya seperti tidak bercukur dan memotong kuku bagi yang hendak berkurban.
6. Melaksanakan salat Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya.
7. Memperbanyak amal salih di awal bulan Dzulhijjah.[1] H.R. Bukhari
[2] Mujahid rahimahullah, salah seorang tabi’in.
Di antara nikmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya adalah dijadikannya waktu-waktu tertentu menjadi waktu-waktu yang utama, sehingga kita sebagai hamba dianjurkan untuk memperbanyak amal di waktu-waktu tersebut. Di antara waktu yang diutamakan oleh Allah adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah (diperkirakan 1 Dzulhijjah 1440 H bertepatan pada Jumat, 2 Agustus 2019). Ada beberapa amalan yang kita dianjurkan untuk memperbanyak melakukannya pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah tersebut.
Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Keterangan mengenai keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bisa kita dapati di dalam ayat Al Quran maupun di dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman (yang artinya), “Dan demi malam yang sepuluh.” (Q.S. Al Fajr : 2).
Para ahli tafsir menjelasakan bahwa di antara makna “malam yang sepuluh” pada ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama pada Bulan Dzulhijjah. Dalam Tafsir Juz ‘Amma dikatakan makna sepuluh malam terakhir tersebut adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Memaknai kata ‘malam’ dengan makna ‘hari’ bukanlah penafsiran yang aneh karena dalam bahasa Arab terkadang kata ‘malam’ memang bisa dimaknai dengan ‘hari’, dan kata ‘hari’ terkadang bisa dimaknai dengan ‘malam’.
Perlu diketahui, Allah tidaklah memilih sesuatu yang digunakan untuk bersumpah kecuali sesuatu yang memiliki keutamaan atau keagungan. Dalam ayat tersebut, Allah menggunakan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah untuk bersumpah. Hal ini menunjukkan keutamaan dan keagungan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Adapun di antara hadits yang menunjukkan tentang keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hari di mana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari yang sepuluh ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah)”.
Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (H.R. Bukhari).
Di antara sebab diutamakannya sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah karena di dalamnya terdapat hari ‘Arafah (tepatnya pada 9 Dzulhijjah). Hari ‘Arafah adalah hari yang sangat mulia di dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari ‘Arafah (yaitu untuk orang yang berada di ‘Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman, ‘Apa yang diinginkan oleh mereka?’ ” (H.R. Muslim).
Dianjurkan Memperbanyak Amalan
Hendaknya setiap muslim dan muslimah menyibukkan diri pada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah dengan banyak melakukan amal ketaatan dalam rangka memanfaatkan kesempatan yang mulia ini. Setiap amalan yang dilakukan pada waktu ini akan dilipatgandakan. Bahkan sebuah amalan yang kurang utama pun jika dilakukan pada waktu ini akan menjadi amalan yang utama. Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal Bulan Dzulhijjah akan dilipatgandakan.”
Amalan-amalan yang Bisa Dilakukan
Berikut di antara amalan yang bisa kita lakukan pada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah :
1. Memperbanyak Puasa
Menurut penuturan para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau biasa melakukan puasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan ini menjadi kebiasaan rutin beliau. Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Hunaidah bin Kholid, bahwasanya istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah” (H.R. Abu Dawud).
2. Melaksanakan Puasa ‘Arafah
Di antara puasa-puasa pada sepuluh hari tersebut ada puasa yang dinamakan dengan puasa ‘Arafah. Puasa ‘Arafah adalah puasa yang dilaksanakan bertepatan dengan waktu wukufnya para jamaah haji di ‘Arafah. Berpuasa pada hari ‘Arafah adalah amalan yang sangat besar keutamaannya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Puasa ‘Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa ‘Asyuro (sepuluh Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (H.R. Muslim).
Dan perlu diingat, anjuran untuk melakukan puasa ‘Arafah hanyalah bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan haji. Adapun bagi yang sedang berhaji maka puasa tersebut tidak dianjurkan.
3. Memperbanyak Doa
Di antara amalan yang dianjurkan pula untuk diperbanyak pada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah adalah doa, terlebih pada hari ‘Arafah. Hal ini berdasarkan hadits yang telah dibawakan di atas dan juga berdasarkan sebuah hadits dari ‘Amr bin Syu’aib bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari ‘Arafah.” (H.R. Tirmidzi, haditsnya hasan).
4. Bertahlil, Bertakbir, dan Bertahmid
Sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengisahkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Oleh karena itu, perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (H.R. Ahmad).
Maka kaum muslimin dianjurkan untuk bertahlil, bertakbir, dan bertahmid pada hari-hari tersebut dengan perorangan, tidak dengan berjamaah, karena itulah yang dilakukan oleh sahabat dan tabi’in. Adapun di antara lafazh yang bisa digunakan adalah : “Allāhu Akbar, Allāhu Akbar, Lā Ilāha Illallāhu wallāhu Akbar, Allāhu Akbar wa Lillāhil ḥamdu”.
5. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al Jibrin berkata, “Amal ini (haji dan umroh) adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits sahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dari umrah ke umrah adalah penghapus (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
6. Berkurban
Dianjurkan bagi kaum muslimin untuk berkurban pada pada hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyriq (11–13 Dzulhijjah). Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”(H.R. Bukhari dan Muslim).
7. Tidak Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi yang Hendak Berkurban
Amal ini disyariatkan khusus bagi kaum muslimin yang hendak berkurban. Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu melihat hilal Bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya”.(H.R. Muslim).
Larangan ini hanya dikhususkan bagi orang yang hendak berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Diperbolehkan menyisir rambut meskipun beberapa helai rambut rontok.
8. Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbah ‘Ied
Idul Adha adalah hari besar Islam yang hanya ada setahun sekali. Pada hari tersebut kaum muslimin disyariatkan untuk melaksanakan salat ‘Ied secara berjamaah dan mendengarkan khutbah. Maka sepatutnya bagi kaum muslimin untuk tidak melewatkan kesempatan setahun sekali ini.
9. Banyak Beramal Shalih
Dianjurkan pula untuk mengamalkan ibadah-ibadah sunnah lainnya, seperti memperbanyak salat sunnah, bersedekah, membaca Al Quran, amar ma’ruf nahi munkar, dan lain sebagainya. Sebab, pada sepuluh hari tersebut amalan akan dilipatgandakan pahalanya. Tentu selama amalan itu ikhlas karena Allah dan dituntunkan oleh Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Penutup
Demikian banyaknya amalan yang bisa kita lakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Semoga kita diberi semangat dan kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk bisa melakukannya, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan-Nya. Aamiin.
Penulis : Muhammad Rezki Hr, S.T., M.Eng. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Aris Munandar, M.P.I.